PENGARUH
UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN SET KESEMPATAN INVESTASI
(Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food and Beverage yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)
Mutiya Sakinah
Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Universitas Muhammadiyah Tangerang
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas dan
set kesempatan investasi terhadap kualitas laba. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel dependen, yaitu kualitas laba. variabel independen, yaitu
Ukuran Perusahan, Likuiditas dan Set Kesempatan Investasi. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor Food and
Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba
dengan nilai signifikansi 0,0863 > 0.05, likuiditas berpengaruh negatif
terhadap kualitas laba dengan nilai signifikansi 0,0406 < 0,05, dan investment opportunity set berpengaruh
positif terhadap kualitas laba dengan nilai signifikani 0,0164 < 0,05.
Kata kunci : ukuran perusahaan, likuiditas, set kesempatan investasi,
kualitas laba
I.
PENDAHULUAN
Penelitian ini untuk menguji dan
menganalisis kualitas laba yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, likuiditas dan set kesempatan
investasi pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Laba merupakan salah satu bagian
terpenting dari laporan keuangan yang banyak menjadi perhatian pihak eksternal,
karena pihak eksternal terutama para investor cenderung akan memilih untuk berinvestasi
pada suatu perusahaan yang memiliki nilai laba yang tinggi atau perusahaan yang
mengalami peningkatan laba yang signifikan dari tahun ke tahun.
Informasi laba tidak menjamin bahwa laba yang
dihasilkan dari suatu perusahaan akan berkualitas. Laba
yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kondisi ekonomi
perusahaan dapat diragukan kualitasnya
dan dapat menyesatkan pihak pengguna laporan keuangan (Maya, 2015). Hal
ini dapat terjadi karena adanya konflik keagenan (agency conflict) yang muncul sebagai akibat pemisahan antara
kepemilikan perusahaan dan pengelolaan perusahaan yang menimbulkan adanya
perbedaan kepentingan antara pihak agen (manajer perusahaan) dan pihak
prinsipal (pemilik perusahaan).
Penman (2001) dalam Risdawati dan Subowo (2015)
menyatakan bahwa laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan
keberlanjutan laba (sustainable earnings)
dimasa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Informasi laba diharapkan dapat dijadikan
pedoman oleh para investor, calon investor, kreditor, para analis keuangan dan
pengguna informasi keuangan. Mengingat begitu pentingnya informasi laba,
perusahaan haruslah meningkatkan kualitas labanya.
Ukuran Perusahaan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas laba perusahaan karena semakin besar
perusahaan maka semakin tinggi pula kelangsungan usaha dalam meningkatkan
kinerja keuangan sehingga tingkat pengembalian (return) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan (return) perusahaan kecil, sehingga
tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba (Dira dan Astika, 2014).
Likuiditas menunjukkan bahwa
perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek
menggunakan dana lancar yang tersedia. Jika suatu perusahaan memiliki kemampuan
membayar hutang jangka pendeknya berarti perusahaan memiliki kinerja keuangan
yang baik dalam memenuhi hutang lancarnya, sehingga perusahaan tidak perlu
melakukan praktik manipulasi laba
(Warianto dan Rusiti, 2014).
Set kesempatan investasi merupakan pilihan kesempatan investasi
masa depan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan aktiva perusahaan atau proyek
yang memilki net present value positif
diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar (Darabali dan Saitri,
2016).
Rumusan Masalah
Permasalahan
yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh ukuran perusahaan,
likuiditas dan set kesempatan investasi terhadap kualitas laba pada perusahaan
manufaktur sub sektor food and beverage
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba?
2. Apakah
likuiditas berpengaruh terhadap kualitas laba?
3. Apakah
set kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas laba?
Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah disusun di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan
terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap
kualitas laba pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui mengetahui pengaruh set
kesempatan investasi terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur sub
sektor food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
II.
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kajian Teoritis
Teori agensi menyangkut dua pihak yaitu
pihak agen dan prinsipal. Agen merupakan pihak yang mengelola perusahaan.
Sebaliknya, pemilik perusahaan atau penyetor dana kepada perusahaan sering
disebut dengan prinsipal. Hubungan kerja antara pihak prinsipal dengan agen
bisa berpengaruh pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen dan manajer lebih banyak
mengetahui informasi tentang perusahaan dibandingkan prinsipal atau investor.
Informasi asimetri ini terkadang dapat menimbulkan suatu konflik yaitu disebut
konflik keagenan. (Manurung, 2012:61).
Terjadinya
konflik keagenan tersebut disebabkan karena adanya pemisahan peran dan
perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal. Pihak agen akan
mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dan
melalakukan praktik manajemen laba. Sehingga informasi laba yang disajikan
dalam laporan keuangan memiliki kualitas yang rendah (Bastian, 2006:213).
Teori Sinyal (Signalling
theory)
Isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi
mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting,
karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan
(Brigham dan Houston, 2011:186).
Sawir (2004:117) mengungkapkan bahwa signalling theory menjelaskan mengapa
perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada
pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui
lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak
luar (investor dan kreditur).
Kualitas Laba
Laba
merupakan salah satu ukuran untuk menilai keberhasilan perusahaan. Laba akuntansi merupakan selisih antara
pendapatan dan biaya. Pendefinisian laba sebagai pendapatan dikurangi biaya
adalah pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tidak
didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya (Suwardjono,
2014:455).
Laba yang berkualitas merupakan laba yang
memiliki tiga karakteristik sebagai berikut : 1) mampu mencerminkan kinerja
operasi perusahaan saat ini dengan akurat, 2) mampu memberikan indikator yang
baik mengenai kinerja perusahaan dimasa depan, dan 3) dapat menjadi ukuran yang
baik untuk menilai kinerja perusahaan
(Tong dan Miso, 2011 dalam Warianto dan Rusiti, 2014).
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan adalah suatu skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar
atau kecil menurut
berbagai cara, antara
lain dengan ukuran pendapatan, total aaset, tenaga kerja
dan total ekuitas (Sawir, 2004:101).
Perusahaan yang lebih besar kurang
memiliki dorongan untuk
melakukan tindakan oportunis
dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh
pihak luar. Dengan demikian
perusahaan besar melaporkan kondisinya lebih akurat. Hal ini disebabkan
karena semakin besar
perusahaan, semakin kecil tindakan oportunis dengan manajemen. Tindakan oportunis
yang rendah menghasilkan laba
yang berkualitas.
Likuiditas
Suatu
perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus
memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial yang segera
dilunasi. Dengan demikian likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan
untuk membayar atau melunasi kewjiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh
tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Harjito dan Martono, 2014:455).
Set
Kesempatan Investasi
Istilah
set kesempatan investasi dikenalkan pertama kali oleh Myers. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam
Sadiah dan Priyadi (2015) menyatakan bahwa set kesempatan investasi merupakan
nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang
ditetapkan manajemen di masa yang akan datang yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.
Menurut
Kallapur dan Trombley (2001) dalam Fahlevi (2016) menyatakan bahwa
proksi-proksi IOS dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: (1) Proksi IOS
yang berbasis pada harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek
pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar.
(2) Proksi IOS berbasis pada investasi merupakan proksi yang percaya pada
gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara
positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. (3) Proksi IOS berbasis pada varian
(variance measurement) merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu
opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk
memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang
mendasari peningkatan aset.
Hipotesis Penelitian
Adapun
hipotesis penelitian ini, sebagai berikut:
1.
Pengaruh
Ukuran perusahaan Terhadap Kualitas Laba
Ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, rata-rata total aktiva dan
kapitalisasi pasar (Basyaib, 2007 dalam Widayanti dkk, 2014). Perusahaan
berskala besar akan cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak
ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak (Susanto, 2011 dalam Risdawaty
dan Subowo, 2015). Penilitian Paulina Warianto dan Ch. Rusiti tahun 2014 menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba. Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis penelitian ini adalah:
H1 : Ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap kualitas laba.
2.
Pengaruh
Likuiditas Terhadap Kualitas Laba
Menurut Fahmi
(2013:121) rasio likuiditas adalah
kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat
waktu.. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek yang
dimilikinya maka informasi laba yang dihasilkan perusahaan merupakan laba yang
berkualitas atau laba yang sebenarnya.
Penelitian yang
dilakukan oleh Kusmuriyanto dan Agustina
(2014) menghasilkan kesimpulan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap
kualitas laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H2 : Likuiditas
berpengaruh terhadap kualitas laba.
3.
Set Kesempatan Investasi terhadap Kualitas Laba
Set Kesempatan Investasi merupakan IOS
merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi dari aktiva yang dimiliki
dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan
mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Pagalung, 2003 dalam Nurhanifah dan Jaya,
2014). Tinggi rendahnya nilai kesempatan investasi menggambarkan kualitas
informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Pada saat kesempatan investasi menguntungkan, akan menunjukkan
kemampuan menghasilkan laba yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sadiah dan
Priyadi (2015) menghasilkan kesimpulan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh positif terhadap
kualitas laba. Dengan demikian keterkaitan antara set kesempatan investasi dengan kualitas laba dapat
dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut:
H3
:
Set kesempatan investasi berpengaruh
terhadap kualitas laba.
III.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ukuran perusahaan, likuiditas dan set kesempatan investasi
berpengaruh terhadap kualitas laba.
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kualitas laba yang diukur melalui nilai absolute
discretionary accruals (DA) yang
dihitung dengan cara menselisihkan total accruals (TA) dan nondiscretionary
accruals (NDA) dan variabel independen
dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Set Kesempatan Investasi.
Kualitas
Laba
Kualitas
laba sebagai suatu ukuran untuk melihat apakah laba yang dilaporkan di laporan
keuangan dapat mereflesikan kinerja perusahaan yang sebenarnya (Dechow dan
Scrand, 2004 dalam Maya, 2015).
Kualitas laba semakin tinggi jika
mendekati perencanaan awal atau melebihi target dari rencana awal. Kualitas
laba rendah karena dalam menyajikan laba tidak sesuai dengan laba sebenarnnya
sehingga informasi yang di dapat dari laporan laba menjadi bias sehingga
dampaknya menyesatkan kreditor dan investor dalam mengambil keputusan. (Paulus,
2012).
Ukuran
Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Dalam penelitian ini,
ukuran perusahaan diukur melalui logaritma total aset. Semakin besar angka
logaritma dari total aset perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar pula
ukuran perusahaan atau aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Likuiditas
Likuiditas merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka pendek dengan melihat
aktiva lancar perusahaan terhadap hutang (Kusmuriyanto dan Agustina, 2014).
Variabel ini diukur dengan Current Ratio.
Set
Kesempatan Investasi
Set Kesempatan Investasi adalah opsi untuk berinvestasi pada
suatu proyek yang memiliki net present value positif. Set Kesempatan
Investasi menguraikan pengertian perusahaan yaitu sebagai suatu kombinasi
antara aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Proksi Investment Opportunity Set yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Market
To Book Value Of Assets (MBVA).
Metode Pengumpulan Data
Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini
adalah secara historis selama lima tahun yaitu tahun 2012 - 2016. Data
diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sub sektor food and beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui situs resmi www.idx.co.id.
Penelitian ini juga, melakukan studi kepustakaan yaitu data diperoleh dari beberapa
literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Metode
Analisis Data
Analisis data adalah
mengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh reponden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Sugiyono, 2012:199). Tahapan analisis Data sebagai berikut:
Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif menurut Sugiyono (2013:99) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi. Statistik deskriptif
menjelaskan nilai minimum, maksimum, mean, dan deviasi standar.
Estimasi Regresi Data Panel
Data
panel merupakan gabungan dari data cross
section dan time series. Dengan
menggunakan data panel, maka dapat melihat fluktuasi keuntungan satu perusahaan
pada periode tertentu dan perbedaan keuntungan beberapa perusahaan pada suatu
waktu (Nahrowi dan Usman, 2006:310). Terdapat tiga model pendekatan
estimasi yang biasa digunakan pada regresi data panel,yaitu:
a.
Common
Effect Model
Model ini merupakan model yang paling
sederhana karena menggabungkan data cross section dan data time series kedalam
data panel sebagai
analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak dapat melihat perbedaan antar
individu maupun rentang waktu .
b.
Fixed
Effect Model
Fixed effect model adalah model regresi pada data panel
yang didapatkan dengan asumsi bahwa unit cross
section dan time series yang
digunakan dalam model sudah diketahui terlebih dahulu. Fixed effect model adalah sama dengan regresi yang menggunakan dummy variabel.
c. Random Effect Model
Model ini disebut juga model komponen error.
Sama seperti model efek tetap, model ini juga
memungkinkan terjadi perbedaan nilai parameter intersep dan koefisien
berbeda antar daerah dan antar waktu, namun diekspresikan dalam error..
Teknik Pemilihan Model Regresi
Uji Chow
Uji
Chow digunakan untuk memilih model yang digunakan apakah sebaiknya menggunakan Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM).
Uji Hausman
Uji
Hausman menurut Basuki dan Prawoto (2016:277) adalah pengujian statistik
untuk memilih apakah Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effects Model (REM) yang paling
tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
Uji Lagrange
Multiplier
Menurut Basuki dan Prawoto (2016:277), untuk mengetahui apakah Random
Effects Model (REM) lebih
baik daripada metode Common Effect Model (CEM) digunakan
uji lagrange multiplier (LM).
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen.(Ghozali
dan Ratmono, 2013:77).
Uji Heterokedastisitas
Uji
ini merupakan fenomena terjadinya perbedaan varian antar seri data. Heteroskedastisitas
muncul apabila nilai varian dari variabel tak bebas meningkat sebagai
meningkatnya varian dari variabel bebas maka varian dari variabel tak bebas
adalah tidak sama.
Uji Hipotesis
Uji F
Menurut Purwanto dan
Sulistyastuti (2011) dalam Yugusna, Fathoni, dan Haryono (2016), nilai
statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam
persamaan atau model regresi secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Pengujian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi f < 0,05
artinya terdapat pengaruh yang signifikan anatara variabel independen terhadap
variabel dependen. Jika nilai signifikansi f > 0,05 artinya tidak terdapat
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji Koefisien Determinasi
Koefisien
determinasi yang dinotasikan dengan Adjusted
R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. (Nachrowi
dan Usman, 2006:20).
Uji t
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing–
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengujian
ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi t < 0,05
artinya terdapat pengaruh yang signifikan anatara satu variabel independen
terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi t > 0,05 artinya tidak
terdapat pengaruh antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel adalah gabungan antara
data cross section dan data time series, dimana unit cross section yang sama diukur pada
waktu yang berbeda. (Eksandy dan Heriyanto, 2017). Model persamaan dasar data
panel yaitu:
Dimana:
DA : Kualitas Laba
a
: Konstanta
β1,β2,β3,β4 :Koefisien Regresi Variabel Independen
SIZE : Ukuran Perusahaan
CR : Likuiditas
IOS : Set Kesempatan
Investasi
ε :
Koefisien Error
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari kualitas laba, ukuran perusahaan, likuiditas dan set kesempatan investasi.
Tabel
1
Hasil
Uji Statistik Deskriptif
DA
|
SIZE
|
CR
|
IOS
|
|
Mean
|
0,057226
|
12,57596
|
2,338260
|
2,102969
|
Median
|
0,041245
|
12,44067
|
2,010695
|
1,411950
|
Max
|
0,173700
|
13,96299
|
7,603870
|
7,237830
|
Min
|
0,001740
|
11,39750
|
0,997450
|
0,828750
|
Std. Dev
|
0,047546
|
0,682394
|
1,398144
|
1,455259
|
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa variabel dependen
kualitas laba memiliki nilai minimum sebesar 0,001740, sedangkan untuk nilai
maksimumnya adalah sebesar 0,173700. Nilai rata-rata dari kualitas laba adalah
sebesar 0,057226, hal ini menunjukkan bahwa kualitas laba perusahaan sebesar
5.72% dengan standar deviasinya sebesar 0,047546.
Uji Chow
Uji chow
dilakukan untuk memilih model yang digunakan apakah sebaiknya menggunakan Commen Effect Model (CEM) atau Fixed
Effect Model (FEM). Berikut
adalah tabel yang menunjukkan hasil dari uji chow:
Tabel 2
Hasil Uji Chow
Test Hypothesis
|
|||
Cross-section
|
Time
|
Both
|
|
Breusch
-Pagan
|
0.489625
|
2.73E-05
|
0.489653
|
(0.4841)
|
(0.9958)
|
(0.4841)
|
Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh
Statistik cross-section chi square adalah 8,991031 dan nilai probabilitas
cross-section chi square sebesar 0,4381
yang berarti bahwa nilai probabilitas cross-section chi square
lebih besar dari tingkat signifikansi α 5% (0,4381 > 0,05). Maka H0 diterima,
sehingga model panel yang digunakan adalah Common Effect Model.
Uji Hausman
Uji
hausman dilakukan untuk memilih model apakah Random Effect Model (REM) atau Fixed Effect Model (FEM) yang paling tepat
digunakan dalam mengestimasi data panel. Berikut adalah tabel yang menunjukka
hasil dari uji hausman:
Tabel
3
Hasil
Uji Hausman
Test Summary
|
Chi-Sq. Statistic
|
Chi-Sq.
d.f.
|
Prob.
|
|
Cross-section
random
|
1.150846
|
3
|
0.7648
|
|
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa nilai probabilitas (Prob.) cross-sectioan random > α (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Random Effect Model (REM) lebih baik
digunakan dibandingkan Fixed Effect Model
(FEM).
Uji
Lagrange Muliplier
Uji
lagrange multiplier dilakukan untuk mengetahui
apakah Random Effect Model (REM) atau Common Effect Model (CEM). Berikut
adalah tabel yang menunjukkan hasil dari uji Lagrange Multiplier:
Tabel
4
Hasil
Uji Lagrange Multiplier
Effects Test
|
Statistic
|
d.f.
|
Prob.
|
||||
Cross-section F
|
0.809900
|
(9,37)
|
0.6102
|
||||
Cross-section Chi-square
|
8.991031
|
9
|
0.4381
|
||||
Berdasarkan tabel 4
terlihat bahwa nilai cross-section
Breusch-Pagan > α (0.05), maka Ho diterima, artinya Common Effect Model (CEM) lebih baik digunakan dalam mengestimasi
regresi data panel dibandingkan random
effect model (REM).
Berdasarkan
hasil ke tiga pengujian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Model
Regresi Data Panel yang akan digunakan adalah model Common Effect Model (CEM).
Hasil Estimasi Model Regresi Data Panel
Common Effect Model (CEM)
Model
ini meruapakan model yang paling sederhana. Dalam estimasinya diasumsikan bahwa
setiap unit individu tidak memiliki perbedaan dimensi kerat waktu. Dengan kata
lain, regresi data panel yang dihasilkan akan berlaku untuk setiap individu.
Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews 9.0, maka output dari
regresi menggunakan Common Effect Model adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Regresi Common Effect Model
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
0.263439
|
0.119322
|
2.207794
|
0.0323
|
SIZE
|
-0.016442
|
0.009380
|
-1.752848
|
0.0863
|
CR
|
-0.012163
|
0.005773
|
-2.106896
|
0.0406
|
IOS
|
0.013793
|
0.005535
|
2.492144
|
0.0164
|
R-squared
|
0.170726
|
Mean
dependent var
|
0.057226
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.116642
|
S.D.
dependent var
|
0.047546
|
|
S.E.
of regression
|
0.044687
|
Akaike
info criterion
|
-3.301640
|
|
Sum
squared resid
|
0.091860
|
Schwarz
criterion
|
-3.148679
|
|
Log
likelihood
|
86.54101
|
Hannan-Quinn
criter.
|
-3.243392
|
|
F-statistic
|
3.156726
|
Durbin-Watson
stat
|
2.094894
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.033516
|
Sumber: Hasil
output eviews 9
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya korelasi yang
tinggi atau sempurna antar variabel independen. Untuk meilihat ada atau tidak
adanya multikolonieritas nilai correlation matrix dari semua variabel
inpenden harus kurang dari 0.8. Berikut ini uji multikolinieritas dengan menggunakan
correlation matrix:
Tabel 6
Hasil Uji Multikolinieritas
SIZE
|
CR
|
IOS
|
|
SIZE
|
1.000000
|
-0.069253
|
-0.023182
|
CR
|
-0.069253
|
1.000000
|
0.609436
|
IOS
|
-0.023182
|
0.609436
|
1.000000
|
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tidak ada masalah
multikolinieritas. Hal ini dikarenakan nilai korelasi matriks (correlation
matrix) dari semua variabel independen adalah kurang dari 0.8.
Uji
Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dalam penelitian salah satunya adalah menggunakan
menggunakan cara dalam prosedur statistik dengan melihat cross-section dependence test. Berikut ini uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan cross-section
dependence test:
Tabel 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Test
|
Statistic
|
d.f.
|
Prob.
|
Breusch-Pagan
LM
|
54.34628
|
45
|
0.1603
|
Pesaran
scaled LM
|
-0.068908
|
0.9451
|
|
Pesaran
CD
|
-0.510803
|
0.6095
|
Berdasarkan tabel 7 diatas, dari hasil tersebut dapat
dilihat nilai probabilitas Breusch-Pagan LM lebih besar dari α =
0,05 (5%). Hal ini mengindikasi bahwa data penelitian ini tidak mengandung
heteroskedastisitas. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terbebas
dari masalah heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis
Uji F
Uji F bertujuan untuk menguji apakah variabel independen
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya, maka digunakan
uji-f dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Hipotesis uji F
adalah sebagai berikut :
Tabel 8
Hasil Uji F
F-statistic
|
3.156726
|
Prob(F-statistic)
|
0.033516
|
Berdasarkan tabel 8 diatas, hasil regresi dengan data panel menggunakan Common
Effect Model (CEM) diperoleh nilai F-statistik sebesar 3,156726 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,033516, pada tingkat
keyakinan α = 5%, sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu (2,81). Maka
dapat dilihat bahwa F-statistik > F-tabel (3,156726 > 2.81) atau nilai
probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0,033516 < 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan likuiditas dan set kesempatan investasi berpengaruh
secara simultan terhadap kualitas laba.
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (adjusted
R2) merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Hal ini
karena koefisien determinasi (adjusted R2) dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang di estimasi. Hasil
pengujian koefisien determinasi (adjusted R2) sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil
Uji Adjusted R2
Adjusted
R-squared
|
0.116642
|
Berdasarkan tabel 9
didapatkan koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,116642 atau
11.66%. Hal ini terlihat bahwa 11,66% kualitas laba dapat dijelaskan oleh
variabel independen seperti ukuran perusahaan, likuiditas dan set kesempatan investasi. Sedangkan
88,34% di jelaskan oleh variabel diluar variabel independen yang digunakan.
Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah
variabel independen (ukuran perusahaan, likuiditas dan set kesempatan investasi)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependennya (kualitas laba) yaitu
dengan membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan
t-tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat keyakinan α = 5%. Hasil pengujian uji t
sebagai berikut :
Tabel
10
Hasil Uji t Ukuran
Perusahaan
t-statistic
|
-1.752848
|
Prob
|
0.0863
|
Sumber: Hasil output eviews 9
Tabel
11
Hasil Uji t Likuiditas
t-statistic
|
-2.106896
|
Prob
|
0.0406
|
Sumber: Hasil output eviews 9
Tabel
12
Hasil Uji t Set
Kesempatan Investasi
t-statistic
|
2. 492144
|
Prob
|
0.0164
|
Sumber: Hasil output eviews 9
Masing-masing pengujian secara parsial
maka untuk hipotesis H2 dan H3
diterima. Sedangkan untuk hipotesis H1
ditolak.
Interpretasi Hasil
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Laba
Variabel ukuran perusahaan memiliki
nilai t sebesar (-1,752848) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,0863 (8.63%) di atas nilai signifikansi 0,05 (5%). Dari hasil
tersebut dapat diketahui ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba. Artinya hipotesis pertama (H1) penelitian
ini ditolak.
Dari penjelasan diatas dapat diartikan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba karena
ukuran perusahaan bagi para investor dianggap belum tentu dapat menghasilkan
kuntungan, bisa saja perusahaan tersebut memiliki hutang yang besar untuk
mendanai kegiatan operasionalnya. Sehingga para investor lebih memilih untuk
melihat kondisi pasar perusahaan secara umum daripada melihat total asset
perusahaan.
Pengaruh Likuiditas Terhadap Kualitas Laba
Variabel likuiditas memiliki nilai t sebesar (-2,106896) dengan nilai signifikansi
sebesar 0.0406 (4,06%) di bawah nilai signifikansi 0,05 (5%). Dari hasil
tersebut dapat diketahui likuiditas berpengaruh negatif terhadap kualitas laba
pada perusahaan manufaktur sub sektor food
and beverage yang berarti hipotesis pertama (H2) penelitian ini
diterima.
Likuiditas berhubungan
dengan kepercayaan kreditor kepada perusahaan, artinya semakin tinggi
likuiditas maka kepercayaan kreditor akan semakin tinggi juga. Dalam penelitian
ini perusahaan kurang mampu dalam mengelola aktiva lancar semaksimal mungkin
sehingga kinerja keuangan menjadi tidak baik. Dengan kinerja yang tidak baik,
dapat mencerminkan kinerja manajemen yang akan berusaha untuk melakukan
manipulasi laba guna mempercantik informasi laba dengan tujuan untuk menarik perhatian
investor agar menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Hal ini akan
berdampak negatif bagi investor sehingga akan terjadi ketidakseimbangan
informasi dan informasi laba tidak menunjukkan informasi sebenarnya.
Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Kualitas Laba
Variabel set kesempatan
investasi memiliki nilai t sebesar (2. 492144) dengan nilai signifikansi sebesar 0.0164 (1,64%) di bawah
nilai signifikansi 0,05 (5%). Dari hasil tersebut dapat diketahui set
kesempatan investasi berpengaruh positif terhadap kualitas laba yang berarti
hipotesis pertama (H3) penelitian ini diterima.
Perusahaan dengan nilai set kesempatan investasi yang
tinggi menunjukkan bahwa pihak manajemen perusahaan cenderung melakukan
ekspansi dalam strategi bisnisnya, maka semakin membutuhkan dana eksternal.
Apabila kondisi perusahaan baik maka manajemen akan memilih investasi baru yang
diharapkan dapat memberikan keuntungan atas investasi yang ditanamkan
perusahaan. Perusahaan yang banyak melakukan investasi cenderung memiliki asset
yang bertambah setiap waktu atau bertambah besar kekayaannya pada akhirnya akan
dapat meningkatkan kualitas laba perusahaan.
V.
KESIMPULAN,KETERBATASAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tidak
terdapat pengaruh siginifikan ukuran perusahaan terhadap kualitas laba dengan
nilai signifikansi sebesar 0,0863 lebih besar dari 0,05 artinya ukuran
perusahaan yang besar tidak selamanya dapat memberikan laba yang besar,
sebaliknya perusahaan kecil dapat dimungkinkan memberikan laba yang tinggi.
2. Terdapat
pengaruh signifikan negatif likuiditas terhadap kualitas laba dengan nilai
signifikani sebesar 0,0406 lebih kecil dari 0,05 artinya semakin besar likuiditas
perusahaan maka akan semakin mengurangi kualitas laba sebesar 4,06%.
3. Terdapat
pengaruh signifikan positif set kesempatan investasi terhadap kualitas laba
dengan nilai signifikani sebesar 0,0164 lebih kecil dari 0,05 artinya set
kesempatan investasi yang tinggi akan mendorong perusahaan untuk melakukan
ekspansi dengan memilih investasi yang menguntungkan.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki
keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti
selanjutnya sehingga diperoleh hasil yang lebih baik di masa yang akan datang,
antara lain:
1. Pemilihan
variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap kualitas laba hanya
melihat tiga faktor saja yaitu, ukuran perusahaan, likuiditas dan set
kesempatan investasi. Hal ini memungkinkan terabaikannya faktor-faktor lain
yang juga mempengaruhi kualitas laba.
2. Penelitian
ini hanya meneliti pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2012 sampai dengan 2016.
Rekomendasi
Berdasarkan
hasil pengujian dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memberikan
beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga bagi
berbagai pihak yang terkait. Rekomendasi yang ingin penulis berikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi
investor yang ingin melakukan investasi dalam bentuk saham hendaknya
memperhatikan kondisi perusahaan yang sebenarnya menyangkut laba perusahaan.
2. Bagi
perusahaan hendaknya meningkatkan kinerja secara menyeluruh dalam segala aspek
sehingga mengantisipasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi kualitas laba di
masa yang akan datang.
3. Bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah beberapa variabel lainnya yang
diduga dapat mempengaruhi kualitas laba seperti umur perusahaan,
profitabilitas, struktur modal, pertumbuhan laba dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Bastian,
Indra. 2006. AKUNTANSI PENDIDIKAN. Erlangga:Jakarta.
Basuki,
Agus Tri dan Nano Prawoto. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi
Dan Bisnis: Dilengkapi Aplikasi Spss dan Eviews. PT Raja Grafindo Persada
:Jakarta.
Darabali P,
Meidayanthi dan Putu Wenny Saitri. Analisis Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba. Jurnal Riset Akuntansi Vol.6 No.1, 2016.
Dira K,
Prawisantri dan Ida Bagus Putra Astika. Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas,
Pertumbuhan Laba dan Ukuran Perusahaan Pada Kualitas Laba.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1: 64-78 ISSN: 2302-8556, 2014.
Eksandy, Arry dan Fredy Heriyanto. 2017. Modul Analisis Regresi Data Panel dan Regresi Logistik Data Panel
Menggunakan Program Eviews. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
Eungene
F. Brigham dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan, Erlangga: Jakarta.
Fahlevi, Reza. Pengaruh
Investment Opportunity Set, Voluntary Disclosure, Leverage Dan Liabilitas
Terhadap Kualitas Laba. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 2016.
Fahmi,
Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan.
ALFABETA: Bandung.
Ghozali, Imam dan Dwi Ratmono.
2013. Analisis Multivariat dan Ekonometrika
(Eviews 8). Semarang: Lembaga Penerbit Universitas Diponegoro.
Kusmuriyanto, Shanie Sukmawati dan Agustina, Linda. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Dan
Return On Asset Terhadap Kualitas Laba.
Accounting Analysis Journal, ISSN NO 2252-6765, 2014.
Manurung,
Adler Haymans. 2012. TEORI KEUANGAN
PERUSAHAAN. PT. Adler Manurung Press: Jakarta.
Martono
dan Harjito, Agus. 2014. Manajemen
Keuangan , edisi kedua, Ekonisia:Yogyakarta.
Maya.
Analisis Pengaruh
Leverage, Likuiditas, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Siklus Operasi, dan
Volatilitas Penjualan Terhadap Kualitas Laba. Naskah
Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
Nachrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Nurhanifah, Yoga Anisa dan Tresno
Eka Jaya. Pengaruh Alokasi Pajak antar
periode, Investment Opportunity Set dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba.
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 9 No.2, 2014.
Paulus,
Cristian. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Laba. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang, 2011.
Sadiah,
Halimatus dan Priyadi, Naswar Patuh. Pengaruh
Leverage, Likuiditas, Size, Pertumbuhan
Laba, Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 4 No.5. 2015.
Sawir,
Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan
Restrukturisasi Perusahaan, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Cetakan Ketiga, ALFABETA: Bandung.
Suwardjono.
2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan, Edisi ketiga, BPFE:
Yogyakarta.
Warianto,
Paulina dan Rusiti, CH. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas dan Investment Opportunity Set (IOS)
Terhadap Kualitas Laba. Modus Vol.26 (1) : 19-32, ISSN NO 0852-1875. 2014.
Widayanti,
Chusnulia Aryanditha , Vestari Mekani dan Farida, Dessy Noor. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis Vol. 11 No.1, 2014.
Yugusna,
Indra, Azis Fathoni, Andi Tri Haryono. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja dan Kedisiplinan Karyawan (Studi Empiris
pada Perusahaan SPBU 44.501.29 Randu Garut Semarang). Journal Of Management, Vol. 2 No.2, 2016.